Kamis, 18 Juli 2013

Deteksi Kanker dengan Makanan Manis


f80c54d695bb9383d4af51838c9ccd2d_manis 

Deteksi kanker selama ini akrab dengan penggunaan zat radioaktif, baik melalui injeksi maupun penyinaran. Zat radioaktif digunakan sebagai tracer untuk mengetahui pertumbuhan sel kanker.
Padahal, terlalu sering menggunakan zat radioaktif dapat membahayakan tubuh. Radiasi yang dipancarkan bias membuat sel mati atau berada dalam kondisi berisiko. Bahkan bukan tak mungkin memicu jenis kanker lainnya.
Tetapi kini ada harapan baru bagi hadirnya cara diagnostik lebih aman menyusul penemuan para ahli dari University College London. Temuan itu mengindikasikan, coklat, minuman bersoda, dan makanan lain berbahan dasar gula ternyata bisa digunakan untuk mendeteksi kanker.
Menurut penelitian mereka, tumor ganas ternyata mengkonsumsi lebih banyak glukosa dibanding jaringan sehat lainnya. Glukosa digunakan untuk pertumbuhan sel yang cepat. Ilmuwan mengembangkan teknik baru untuk dengan melacak bagaimana gula diserap tubuh.
Peneliti menggunakan alat pemindai ( scanner) MRI untuk melihat asupan glukosa. Hasilnya, sel tumor bersinar terang setelah seseorang mengkonsumsi sesuatu yang manis.
“Saya tadinya tidak percaya. Namun penelitian kami membuktikan, scanner MRI bisa digunakan untuk melacak pergerakan glukosa,” kata Professor Mark Lythgoe, Direktur UCLs Centre for Advanced Biomedical Imaging (CABI).
Penelitian yang dipublikasikan jurnal Nature Medicine ini menggunakan tikus penderita kanker usus besar. Studi menemukan, pertumbuhan kanker dapat dideteksi MRI dengan mengikuti pengolahan glukosa pada tikus.
Riset ini tentu memberi harapan baru bagi pengobatan penyakit kanker. Metode ini dinilai lebih aman, murah, dan sederhana dibanding penggunaan radioaktif. Hasil metode ini juga diharapkan akan tersedia dalam 18 bulan ke depan.
Dengan efek samping yang minimal, teknik ini bisa digunakan dalam jangka waktu mingguan atau harian. Sehingga dokter bisa cepat mengetahui bagaimana reaksi sel kanker terhadap pengobatan yang dijalani. Namun tenik ini tidak disarankan bagi anak dan wanita yang sedang hamil.
Bagi pasien yang tak menyukai jarum suntik, kabar ini tentu melegakan. Tak seperti positron emission tomography (PET) yang membutuhkan injeksi radioaktif, metode MRI dengan glukosa tidak membutuhkan suntikan.
Metode ini bisa digunakan setelah mengkonsumsi yang manis, seperti minuman bersoda, jus buah, atau makanan. Metode juga bisa digunakan menggunakan gula pada setengah dari standar ukuran coklat. Teknik ini juga dicobakan pada pasien kanker dan menunjukkan tanda kesuksesan.
“Metode ini menjanjikan. Kita bisa melihat penyerapan glukosa pada area sekitar tumor,” kata Lythgoe.
Karena dinilai lebih ramah pada pasien kanker, sekarang metode ini sedang dalam tahap uji klinis. Uji klinis mungkin menggunakan glukosa murni dengan dosis tertentu, yang lebih baik dibanding coklat atau permen.
“Selanjutnya kita lihat bagaimana efektifnnya teknik ini berjalan pada pasien,” kata Dr Kat Arney dari Cancer Research UK.

sumber:  http://budakcopo.blogdetik.com/2013/07/18/deteksi-kanker-dengan-makanan-manis/?query-string

Pertolongan Pertama pada Overdosis Penyalahgunaan Obat

 
Penyalahgunaan obat adalah penggunaan obat yang melebihi aturan pemakaian. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fisik dan psikologi, tergantung dari jenis obat yang diminum.

Penggunaan obat terlarang dapat menekan sistem saraf pusat beserta aktifitas otak. Orang yang tubuhnya dipengaruhi oleh obat menunjukkan perilaku ekstrim dari tingkatan lambat sampai hiperaktif.

Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul 'First Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat', penggunaan obat yang disuntikkan ke badan dapat dilihat dari adanya bekas suntikan di lengan atau anggota badan lain. Perlengkapan yang digunakan untuk memakai obat juga dapat diketahui dari benda-benda di sekitarnya.

Apabila menemukan korban overdosis obat, lakukan penanganan sebagai berikut:

1. Jaga jalan pernapasan dan lakukan pernapasan buatan jika diperlukan

2. Usahakan korban tetap tersadar, gunakan lap atau handuk basah untuk menyeka wajahnya.

3. Ajak korban berbicara jika memungkinkan. Tanyakan jenis obat yang dipakai dan berapa jumlahnya.

4. Jika korban masih dalam pengaruh obat dan mulutnya masih terlihat sisa-sisa obat, keluarkan dengan mengoreknya memakai jari-jari. Usahakan agar korban tidak sampai tersedak.

5. Jika merasa situasi tidak aman, segera cari bantuan paramedis.

Sumber:http://health.detik.com/read/2012/10/04/130910/2054473/1407/pertolongan-pertama-pada-overdosis-penyalahgunaan-obat?l991105755